Rabu, 04 Mei 2011

PENELITIAN KUANTITATIF


1.PENGERTIAN
Kajian Literatur /  Studi Literatur / Literatur Review / Studi Pustaka adalah merupakan sebuah proses mencari berbagai literatur, hasil kajian atau studi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka dapat diibaratkan sebagai sebuah kunci yang akan membuka semua hal yang dapat membantu memecahkan masalah penelitian. Artinya, Kajian Literatur juga dapat dimanfaatkan sebagai jalan untuk memberikan argumentasi, dugaan sementara atau prediksi mengenai hasil penelitian yang dilakukan ( Nanang Martono, 2010 : 42 )
Kajian Kepustakaan juga bisa memberikan akses untuk membandingkan pokok masalah yang kita pilih dengan pokok masalah dan topik serupa berikut temuan-temuannya, yang pernah ada. Dengan penelusuran kepustakaan dapat memberikan kepastian, bahwa konstruk yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan telah tersedia ( Moh.Kasiram , 2010 : 236 )

2.JENIS KAJIAN LITERATUR
Pada dasarnya, semua sumber tertulis dapat dimanfaatkan sebagai sumber pustaka, baik buku teks, surat kabar, majalah , brosur, tabloid dan sebagainya. Dengan kecanggihan teknologi informasi, literatur juga dapat diperoleh melalui media internet. Namun demikian, dalam penelitian sebagai suatu proses yang memiliki kekuatan ilmiah yang harus dapat dipertanggungjawabkan, permasalahan sumber pustaka menjadi satu hal yang harus diperhatikan/ dapat dipertanggungjawabkan kebenaran datanya.
Beberapa sumber pustaka yang memiliki kekuatan ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi priorotas sebagai sumber pustaka menurut Creswell ( 2003 ) yaitu :
a.Ensiklopedi
Ensiklopedi merupakan sumber pustaka yang menempati prioritas pertama. Berbagai definisi konsep, studi atau hasil-hasil penelitian sebelumnya serta teori-teori, semuanya dapat diperoleh melalui ensiklopedi.
b.Jurnal Ilmiah
Jurnal merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala oleh sebuah institusi, biasanya adalah institusi pendidikan atau lembaga pemerintah. Jurnal merupakan sumber pustaka yang terbit secara berkala, untuk itu substansi jurnal ilmiah dinilai lebih up to date. Melalui jurnal kita dapat memperoleh berbagai artikel ilmiah, baik berupa hasil penelitian, telaah teoritis mengenai gejala sosial, referensi buku atau artikel ilmiah yang lain.
c.Buku
Prioritas ketiga adalah buku teks. Ada beberapa jenis buku teks, yaitu buku teks yang ditulis oleh pengarang tunggal mengenai penjelasan pada topik tertentu ; buku  yang ditulis oleh beberapa orang yang berbentuk kumpulan makalah ( bunga rampai ); atau buku yang ditulis oleh seorang pengarang, namun berisi kumpulan tulisan (makalah).
d.Makalah Seminar
Makalah yang disampaikan dalam seminar dapat dijadikan sebagai sumber pustaka karena makalah yang sudad diseminarkan berarti sudah mendapatkan pengakuan publik. Makalah yang diseminarkan harus memiliki muatan Limia, bukan tulisan yang bersifat subyektif belaka. Untuk iktu, makalah yang sudah diseminarkan dapat menjadi sumber pustaka dalam penelitian.
e.Karya Ilmiah
Karya Ilmiah dalam hal ini meliputi hasil-hasil penelitian, skripsi, tesis serta disertasi atau karya ilmiah lain baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.
f.Bagaimana dengan sumber pustaka lain ?
Sumber pustaka yang lain dalam hal ini dapat berupa surat kabar, májala, tabloide atau sumber dari Internet.Pada dasarnya sumber-sumber ini dapat digunakan sebagai sumber pustaka, namun bukan menjadi prioritas.

3.LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN KAJIAN LITERATUR
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan kajian literatur ( Creswell : 2003 ),  adalah :
a.Mengidentifikasi konsep atau kata kunci ( key words ) yang digunakan. Beberapa kata kunci tersebut dimunculkan saat menentukan topik penelitian.
b.Mencari definisi konsep atau kata kunci tersebut pada sumber-sumber pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya ( dari ensiklopedi, jurnal, buku dan sebagainya )
c.Mengumpulkan hasil pencarian dari berbagai sumber tersebut. Kemudian, kita telah memilah dan mencatat, sehingga memudahkan dalam menyusun tinjauan literatur ke dalam desain penelitian.
d.Membuat desain, atau kerangka literatura agar kajian literatur lebih sistematis dan sesuai dengan topik serta masalah penelitian.
e.Memasukan atau menyusun berbagai bahan yang telah dikumpulkan sesuai dengan desaina atau kerangka yang telah disusun sebelumnya.
f.Membuat ringkasan hasil kejian literatur yang telah disusun.

Kajian Literatur sangat bermanfaat agar peneliti mampu memperkaya cara berpikir serta lebih memahami topik penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, Kajian literatur dapat memperkaya analisis peneliti atas hasil penelitian.


Senin, 25 April 2011

Salah Kaprah dalam Pelafalan Bahasa Indonesia


Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesiamengalami tahap-tahap yang sangat penting dalam sejarah perkembangannya. Dimulai dari 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. Van Ophuysen dalam Kitab Logat Melayusebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Pada 1928 Bahasa Indonesia diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan. Kemudian tahun 1942 kedudukan bahasa Indonesia semakin kokoh akibat kekalahan belanda terhadap Jepang, yang secara otomatis bahasa Belanda tidak boleh dipergunakan lagi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi resmi. Tahun 1945 Bahasa Indonesia memperoleh kedudukannya yang lebih pasti sebagai bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa kesatuan dan bahasa negara. Kemudian, dengan penetapan pemakaian ejaan baru oleh Presiden RI tanggal 16 Agustus tahun 1972, selangkah bahasa Indonesia maju menuju kesempurnaannya.(Lihat J.S Badudu.1985)
Melihat sejarah perkembangan bahasa Indonesia yang hampir mencapai satu abad, ternyata bukanlah hal yang mudah untuk menyempurnakannya dan menjaga dari pengaruh-pengaruh bahasa-bahasa lain (asing). Bahasa Indonesia masih belum cukup dewasa menahan gempuran dari bahasa-bahasa asing yang selalu mempengaruhinya. Selain ketidakmampuaannya dalam menahan gempuran, bahasa Indonesia juga masih ada yang terjadi salah kaprah penggunaanya, yang kali ini penulis coba mengangkat kesalahkaprahan bahasa Indonesia, dari segi cara pelafalan membaca akrostik dan akronim.
Bahasa Indonesia dari segi pembacaan kata akrostik dan akronim masihbanyak-apakah karena sengaja atau karena sudah menjadi kebiasaan- yang salah kaprah. Ada beberapa kata yang pelafalannya kita menyesuaikan dengan lidah melayu, namun ada juga yang sedikit menggilitik lidah kita pelafalannya mengikuti dari kata aslinya –maksudnya bahasa asing- yang secara tidak sadar kita menganggap bahwa itu adalah pelafalan lidah orang melayu, khususnya orang Indonesia. Berikut akan penulis coba berikan contoh, mudah-mudahan menggugah hati anda.
Antara TV dan TVRI
Dalam pengucapannya, kita mengucapkannya dengan gaya pelafalan ejaan bahasa Inggris. TV (baca: tivi) mengapa kita tidak melafalkannya ‘teve’. Bukankah dalam bahasa Indonesia fonem t dibaca ‘te’ dan fonem v dibaca ‘ve’? Mungkin jika ingin membeli TV dan melafalkannya dengan ‘teve’ sudah pasti kita akan ditertawakan. Namun, ketika melafalkan nama stasiun TV pemerintah ‘TVRI’, kita melafalkannya dengan te-ve-er-i- bukan ti-vi-ar-ei-. Bagaimana menurut Anda, apakah benar? Hal ini sudah memasyarakat pada pengguna Bahasa Indonesia, suatu kesalahan yang sudah menjadi anggapan benar.
KFC dan A&W
Begitu juga dengan pelafalan dua merek dagang makanan dari luar negeri ini. KFC dan A&W. Kita melafalkan KFC dengan ka-ef-ci sesuai dengan pelafalan bahasa Inggris. Namun, ketika bertemu dengan merk dagang yang berbeda namun asalnya sama kita melafalkan A&W dengan pelafalan lidah melayu -a- dan –w-. Mengapa kita tidak melafalkannya sama seperti melafalkan KFC. Baca saja A&W dengan (Ei and doble yuu). Kini gilirannya, jika melafalkan demikian –ei and doubleyuu-, bisa jadi kita dibilangkatrok oleh orang yang mendengarnya.
DVD dan VCD
Pelafalan DVD dan VCD Orang indonesia melafalkannya bukan (de-ve-de) tetapi (di-vi-di) Mengikuti pelafalan bahasa inggris. Begitu juga dengan VCD dilafalkan dengan vi-ci-di.
Handphone (HP)Pada alat elektronnik yang satu ini pun kita juga salah kaprah.Mengapa pada pelafalannya kita tidak melafalkan dengan lidah Inggris. HP dibaca (eitch-pi). Tapi dalam kesehariannya kita melafalkan HP (hape). Bagaimana menurut Anda?
Tetapi walaupun demikian, tidak semua pelafalan dalam bahasa indonesia yang diserap dari bahasa asing menjadi salah kaprah. Satu contoh yang tepat, computeryang dalam bahasa Inggris dibaca –kompiyuterr-, tetapi dalam bahasa Indonesia diserap komputer, pelafalannya pun menjadi komputer. Sesuai dengan lidah orang Melayu bukan?
Melihat adanya kesalah kaprahan yang terjadi, semoga kita tidak semakin manambah kesalahan yang sudah ada. Belajarlah dari kesalahan. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga, badan, departemen atau sejenisnya yang menangani masalah kebahasaan, tetapi ini juga menjadi masalah kita sebagai masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Untuk ke depannya semoga dalam proses penyerapan bahasa asing kita tidak salah kaprah lagi.

Penulisan Kata


A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.


B. Kata Turunan

1.Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
  • bergeletar
  • dikelola
  • penetapan
  • menengok
  • mempermainkan
2.Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
  • bertepuk tangan
  • garis bawahi
  • menganak sungai
  • sebar luaskan
3.Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
  • menggarisbawahi
  • menyebarluaskan
  • dilipatgandakan
  • penghancurleburan
4.Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipatimahasiswa
aerodinamikamancanegara
antarkotamultilateral
anumertanarapidana
audiogramnonkolaborasi
awahamaPancasila
bikarbonatpanteisme